Monday 15 July 2013

Sosiologi Pendidikan

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan
yang diampu oleh Dosen Arif Rahman Hakim, M.Pd



Kelompok 3
Novicha Andika S.
Wahyu Pratama F.
Dumadi


Jurusan Tarbiyah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NGAWI
Jalan Ahmad Yani No. 99 Ngawi
2013
2
 

 
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang utama untuk menjadikan sebuah negara menjadi negara yang makmur, adil dan sejahtera. Lewat dunia pendidikan sebuah generasi penerus sebagai penggerak roda pemerintahan maupun ekonomi dan hukum dicetak. Dari pendidikan pula semua aspek kehidupan akan dimulai untuk digerakkan maupun untuk diteruskan. Dan dari pendidikanlah akan diketahui bagaimana kualitas suatu bangsa disegala aspek, sebab pendidikan adalah ujung tombak dari peradaban dan kualitas kehidupan.
Di Indonesia, dana Anggaran 20% digembor – gemborkan untuk pendidikan dari Anggaran Belanja, baik nasional mapun daerah. Hal itu tentu untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dengan sarana dan prasarana yang memadai. Namun jika dilihat masih banyak anak bangsa yang tidak bisa merasakan hal itu, hanya mampu melihat dan membayangkan indahnya dunia pendidikan yang diimpikan pemerintah.
Sebagai bagian dari penerus para pejabat dan pemimpin di Indonesia, sudah selayaknya semua anak – anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun adanaya biaya yang cukup mahal membuat banyak anak tidak mampu merasakannya dan memilih untuk tidak memimpikannya pula.
Dari hal inilah kami dapat kita lihat bahwa di Indonesia masih adanya penghalang anak mencapai impiannya, yaitu strata ekonomi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan?
2.      Apa fungsi pendidikan?
3.      Apa arti stratifikasi sosial?
4.      Apa dasar – dasar stratifikasi sosial?
5.      Apa hubungan antara pendidikan dan stratifikasi sosial?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pendidikan?
2.      Mengetahui fungsi pendidikan?
3.      Mengetahui arti stratifikasi sosial?
4.      Mengetahui dasar – dasar stratifikasi sosial?
5.      Mengetahui hubungan antara pendidikan dan stratifikasi sosial?
3
 

 
PEMAPARAN

A.    Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada  pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.”
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota  keluarga  berjalan secara tidak resmi.

B.     Fungsi Pendidikan
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
·       Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
·       Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
·       Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
·       Sumber inovasi sosial.
Sedangkan dalam menjalankan fungsinya, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang kita kenal sebagai lembaga pendidikan. Sedangkan fungsi dari lembaga pendidikan itu sendiri adalah :
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
·       Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
·       Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
·       Melestarikan kebudayaan.
·       Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
·       Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
·       Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
·       Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
·       Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.

C.     Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Soerjono Soekanto (1981:133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi social merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria tertentu.

Selain itu proses terjadinya stratifikasi sosial ada 2 cara, yaitu :
1.             Terjadi dengan sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
2.      Terjadi dengan sengaja
Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekusaan yang diberikan kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaan ini maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas, bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Metode Menentukan Strata
Metode objektif
Berdasarkan metode ini stratifikasi sosial ditentukan dengan menggunakan penilain objektif antara lain terhadap jumlah pendapatan, lama, tinggi pendidikan dan jenis pekerjaan.
Metode subjektif
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat memiliki dirinya dalam kedudukan masyarakat itu kebanyakan ahli sosiologi berpendangan bahwa kelas sosial adalah suatu kenyataan meskipun semua orang tidak mnyedari itu.
Metode reputasi
Dalam metode itu golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Fungsi Stratifikasi Sosial
Kinsley Davis dan Wilbert Moor menunjukkan beberapa fungsi stratifikasi sosial, sebagai berikut:
1.    Menjelaskan tempat atau kedudukan dan fungsi seseorang
2.    Menunjukkan pada siapa dan antara siapa interaksi sosial harus berlngsung.
3.    Menegaskan prestasi dan imbalan prestasi bagi tiap stratifikasi sosial.
Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soejono dilihat dari sifatnya sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.    Stratifikasi  sosial tertutup
       Adalah stratifikasi si mana anggota setiap srata sulit mengadakan mobilitas vertikal walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja.
2.    Stratifikasi sosial terbuka
       Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitas sangat besar, setiap anggota strata dapat melakukan mobilitas sosial baik vertikal maupun horisontal.
3.    Stratifikasi sosial campuran
       Menempatkan kombinasi stratifikasi sosial tertutup dan terbuka.
D.    Dasar Stratifikasi Sosial
Mengapa bisa terjadi stratifikasi sosial? Menurut Soerjono Sokanto ( 1981 : 133) Selama dalam suatu masyatrakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya system berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasan,
ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, pendidikan atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama

Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

E.     Hubungan antara Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya, meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lainterjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.
Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anaknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok, tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu:
1.      Pendapatan orangtua.
2.      Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua.
3.      Kurangnya minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
Jadi hubungan antara pendidikan dan pelapisan sosial/ Stratifikasi sosial adalah mendasar pada berlanjut atau tidaknya pendidikan di setiap lapisan dalam strata sosial tersebut.
Selain itu, Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya diperguruan tinggi.Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi.Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahliannya.
Dapat diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu sekolah menengah dipandang lebih tinggi statusnya daripada sekolah kejuruan. Demikian pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika dipandang lebih tinggi daripada Tata buku. Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya



8
 

 
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
2.      Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
a.       Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
b.      Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
c.       Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
d.      Sumber inovasi sosial.
3.      Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
4.      Dasar – dasar stratifikasi sosial

a.       Ukuran kekayaan

b.      Ukuran kekuasaan dan wewenang

c.       Ukuran kehormatan

d.      Ukuran ilmu pengetahuan

5.      Hubungan antara pendidikan dan stratifikasi sosial adalah terletak pada tinggi rendahnya pendidikan yang akan jalani setiap lapisan sosial adalah berbeda menurut golongan sosial tempat ia berada, selain itu juga pada jenis pendidikan yang akan ditempuh masing – masing strata adalah berbeda.



9
 

 
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial. Minggu, 29 Maret 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. Minggu, 29 Maret 2013
http://khaerul-huda.blogspot.com/2011/08/pendidikan-dan-stratifikasi-sosial.html. Minggu, 24 Maret 2013
http://stitattaqwa.blogspot.com/2013/01/pendidikan-dan-masyarakat-pendidikan.html. Minggu, 24 Maret 2013


 


No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30