Thursday 27 November 2014

Konflik dalam Organisasi



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tidak seorangpun di dunia ini, walau dia mengaku iman, yang tidak dilanda ujian oleh Yang Maha Esa. Ujian itu baik berupa musibah, kebahagiaan, kekurangan harta ataupun berlimpahnya harta benda dan juga ujian antar sesama manusia. Konflik atau masalah antar manusia bisa jadi ujian bagi kita, yang mau berpikir, bahwasanya kita diciptakan bersama dengan permasalahannya.
Konflik atau permasalahan sesama manusia atau kelompok adalah hal yang lumrah terjadi akibat gesekan antar individu maupun kelompok. Tidak hanya disini, perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi atau kelompok dapat pula menyulut konflik didalamnya. Begitu dengan konflik itu dengan kita, lantas bagaimana kita menghadapi konflik yang terjadi? Itu adalah pilihan untuk kita, sebagai hamba yang diberi daya untuk merenung dan memikirkannya.
Konflik merupakan fenomena dinamika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan organisasi, bahkan  konflik selalu hadir dalam setiap hubungan kerja antara individu dan  kelompok. Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-rnasing orang dan menjamin tugas -tugas tersebut terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri bukanlah  suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Penanganan konflik terkait dengan kapasitas seseorang menstimulasi konflik, mengendalikan konflik, dan mencari solusi pada tingkat yang  optimum. Kemampuan yang diperlukan dalam rangka penanganan konflik ini terwujud dalam bentuk keluasan pandangan dan wawasan seseorang dalam rnemandang setiap persoalan, baik yang memiliki perbedaan, maupun yang sama dengan kerangka pemikirannya. Ketrampilan penanganan konflik terwujud dalam bentuk pencarian solusi terhadap konflik-konflik yang terjadi sehingga tidak berdampak buruk terhadap individu maupun organisasi. Konflik dapat menimbulkan dampak baik yang sifatnya konstruktif maupun yang destruktif. Karena dampak yang  ditimbulkannya tidak selamanya jelek, maka perlu dikelola dan penanganan yang baik.

B.     Rumusan Masalah

Dari penjabaran makalah ini, agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian konflik?
2.      Apa saja jenis-jenis konflik?
3.      Apa saja faktor yang menyembabkan konflik?
4.      Bagaimana cara mnyelesaikan sebuah konflik?


BAB II


 
PENJABARAN


A.    Pengertian Konflik

Konflik[1] berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokkan antar nilai atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. Menurut Minnery, Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Jauh lagi Konflik[2] dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka

B.     Jenis – Jenis Konflik

Menurut Baden Eunson[3], terdapat beragam jenis konflik:
a.       Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
b.     
2
 
Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c.       Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
d.      Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
Mendasar sumber lain[4] konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Dari segi pihak yang terlibat dalam konflik
Dari segi ini konflik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a.       Konflik individu dengan individu.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
b.      Konflik individu dengan kelompok.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
c.       Konflik kelompok dengan kelompok.
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
2. Dari segi dampak yang timbul
Dari segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik fungsional dan konflik infungsional. Konflik dikatakan fungsional apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi, sebaliknya disebut infungsional apabila dampaknya justru merugikan organisasi. Konflik dapat menjadi fungsional apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik.
Contoh konflik yang fungsional dengan kasus seorang manajer perusahaan yang menghadapi masalah tentang bagaimana mengalokasikan dana untuk meningkatkan penjualan masing-masing jenis produk. Pada saat itu setiap produk line berada pada suatu devisi. Salah satu cara pengalokasian mungkin dengan memberikan dana tersebut kepada devisi yang bisa mengelola dana dengan efektif dan efisien. Jadi devisi yang kurang produktif tidak akan memperoleh dana tersebut.
Tentu saja di sini timbul konflik tentang pengalokasian dana. Meskipun dipandang dari fihak devisi yang menerima alokasi dana yang kurang, konflik ini dipandang infungsional, tetapi dipandang dari perusahaan secara keseluruhan konflik ini adalah fungsional, karena akan mendorong setiap devisi untuk lebih produktif. Manfaat yang mungkin timbul dari contoh kasus di atas antara lain :
·       Para manajer akan menemukan cara yang lebih efisien dalam menggunakan dana.
·       Mereka mungkin bisa menemukan cara untuk menghemat biaya.
·       Mereka meningkatkan prestasi masing-masing devisi secara keseluruhan sehingga bisa tersedia dana yang lebih besar untuk mereka semua.
Meskipun demikian, mungkin juga timbul akibat yang tidak fungsional, di mana kerjasama antara kepala devisi menjadi rusak karena konflik ini. Setiap konflik, baik fungsional maupun infungsional akan menjadi sangat merusak apabila berlangsung terlalu jauh. Apabila konflik menjadi di luar kendali karena mengalami eskalasi, berbagai perilaku mungkin saja timbul. Pihak-pihak yang bertentangan akan saling mencurigai dan bersikap sinis terhadap setiap tindakan pihak lain. Dengan timbulnya kecurigaan, masing-masing pihak akan menuntut permintaan yang makin berlebihan dari pihak lain. Setiap kegagalan untuk mencapai hal yang diinginkan akan dicari kambing hitam dari pihak lain dan perilaku pihaknya sendiri akan selalu dibela dan dicarikan pembenarannya, bahkan dengan cara yang emosional dan tidak rasional.
Pada tahap seperti ini informasi akan ditahan dan diganggu, sehingga apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa terjadi menjadi tidak diketahui. Dan segera bisa muncul usaha untuk menggagalkan kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain. Kegiatan untuk “menang” menjadi lebih dominan dari pada untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Heidjrachman dari berbagai penelitian dan percobaan ternyata ditemukan hasil-hasil yang mirip antara yang satu dengan yang lain situasi, yang timbul akibat adanya konflik, baik konflik yang fungsional maupun konflik yang infungsional. Di antaranya yang penting adalah :
·       Timbulnya kekompakan di antara anggota-anggota kelompok yang mempunyai konflik dengan kelompok yang lain.
·       Munculnya para pimpinan dari kelompok yang mengalami konflik.
·       Ada gangguan terhadap persepsi para anggota atau kelompok yang mengalami konflik.
·       Perbedaan antara kelompok yang mengalami konflik nampak lebih besar dari pada yang sebenarnya, sedangkan perbedaan pendapat antar individu dalam masing-masing kelompok tampak lebih kecil dari pada yang sebenanya.
·       Terpilihnya “wakil-wakil” yang kuat dari pihak-pihak yang mengalami konflik
·       Timbulnya ketidakmampuan untuk berfikir dan menganalisa permasalahan secara jernih.
Dilain pihak, Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
·       Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
·       Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
·       Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
·       Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
·       Konflik antar atau tidak antar agama
·       Konflik antar politik.
·       Konflik individu dengan kelompok

C.    Faktor - Faktor Penyebab Konflik

Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya konflik :
a.       Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakangkebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.
Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan.
Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidangpolitikekonomisosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Disamping keempat faktor tersebut, konflik juga dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
a.       Batasan pekerjaan yang tidak jelas
b.      Hambatan komunikasi
c.       Tekanan waktu
d.      Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
e.       Pertikaian antar pribadi
f.        Perbedaan status
g.      Harapan yang tidak terwujud
Dari sumber lainnya[5] disebutkan bahwa Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi antara lain adalah :
1.      Berbagai sumber daya yang langka
Karena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin menerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.
2.      Perbedaan dalam tujuan.
Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketat dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akan mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar.
3.      Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.
Organisasi merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagian tata usaha terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengawas dan penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaan ujian.
4.      Perbedaan dalam nilai atau persepsi
Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh : seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untuk berkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.
5.      Sebab-sebab lain.
Selain sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidak jelasan organisasi dan masalah-masalah komunikasi.

D.    Cara Penyelesaian Konflik

Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan konflik[6] adalah :
1.      Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.      Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3.      Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromi antara dominasi kelompok dan kelompok lain untuk berdamai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran positif, dengan alasan yang tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4.      Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.      Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Terdapat juga cara bersikap untuk penyelesaian konflik:
1.      Bersikap proaktif
Setiap   anggota   tim  harus  turut  aktif dalam menyelesaian konflik secara proaktif.
2.      Komunikasi
Komunikasi yang lancar dapat menghindari  diri dari kesalahpahaman sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan konflik yang timbul.
3.      Keterbukaan
Setiap  anggota  harus  terbuka supaya konflik tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan keterbukaan konflik yang terjadi dapat ditangani sehingga menjadi konflik yang fungsional.




 
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

ü  Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokkan antar nilai atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
ü  Menurut Baden Eunson, terdapat beragam jenis konflik:
a.       Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi.
b.      Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan.
c.       Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda.
d.      Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang.
ü  Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya konflik :
a.       Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
ü  Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan konflik adalah :
a.       Kompetisi
b.      Akomodasi
c.       Sharing
d.      Kolaborasi
e.       Penghindaran

B.     Saran

Sebagai seorang pemimpin sudah pasti akan dihadapkan akan banyaknya konflik yang harus diselesaikan, baik itu konflik ringan maupun berat. Namun semua itu bukan untuk ditakuti melainkan dihadapi dengan serius dalam mencari jalan keluarnya.


9
 

 


 
Daftar Pustaka


http://biruteknologi.blogspot.com/2014/01/konflik-dalam-organisasi.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
http://hanzeragon9.blogspot.com/2013/04/21pengertian-konflik-dalam-organisasi.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
http://konflikperundingan.wordpress.com dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
http://parapepetualangmimpi.blogspot.com/2012/04/konflik-dalam-organisasi-sumber-konflik.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib




 
Makalah

TEKNIK PENGADAAN TANAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Sarpras yang diampu oleh Al Darmono, M.Pd







Disusun Oleh :
Novicha Andika S.
Setiawan
Samsu mustakim



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NGAWI
Jalan A. Yani Nomor 99 Beran Ngawi
2014
i
 

KATA PENGANTAR

 
 
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kaum muslimin dengan diturunkannya Al Qur’an yang suci, dan telah menjamin terpeliharanya hingga akhir zaman.
Semoga sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kepada keindahan islam, yang kita nantikan syafa’atnya di hari kiamat.
Dengan rahmat dan hidayah Allah AWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konflik dalam Organisasi” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Selain itu, dalam proses penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terutama kepada Dosen Pengampu Al Darmono M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan. atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalas berupa apapun kecuali ucapan terima kasih seraya mengharapkan limpahan rahmat Illahi.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari tentu banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca sekalian demi perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua..aamiin

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Ngawi, 25 Nopember 2014

Penyusun


ii
 

 


 
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................     i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................    ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................   iii







iii
 


iii
 
 


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
[2]  http://hanzeragon9.blogspot.com/2013/04/21pengertian-konflik-dalam-organisasi.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
[3] Dalam (Conflict Management, 2007,diadaptasi) http://konflikperundingan.wordpress.com dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
[4] http://biruteknologi.blogspot.com/2014/01/konflik-dalam-organisasi.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
[5] http://parapepetualangmimpi.blogspot.com/2012/04/konflik-dalam-organisasi-sumber-konflik.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib
[6] http://tkampus.blogspot.com/2012/04/strategi-penyelesaian-konflik.html dikutip pada senin, 24 Nopember 2014 pukul 09.30 wib

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30