Monday 23 June 2014

Evaluasi non tes



Makalah



TEKNIK EVALUASI NON TES



Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Evaluasi Pendidikan yang diampu oleh Anik Faridah, M.Pd.I















Disusun Oleh :

Novicha A.S

M. Nur Salim

Romdhotus







SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NGAWI

Jalan A. Yani Nomor 99 Beran Ngawi

2014

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Dalam semua bidang, dengan menggunakan ilmu manajemen pasti mengenal dan melakukan Evaluasi. Karena dengan evaluasi akan dapat diketahui kinerja selama masa waktu tertentu dan program masa depan. Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian apapun, termasuk di dalamnya adalah evaluasi hasil belajar.

Terkadang saat melaksanakan test, peserta didik dapat saja mengalami sakit, hingga akan mengurangi nilai dari tes itu sendiri, dari situ perlu diadakannya tes yang bersifat terus menerus, bukan hanya di akhir dalam bentuk tes tapi juga diproses dalam bentuk non tes.

Selain itu teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap dan ranah keterampilan, sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya.

Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus, sosiometri dan lain sebagainya.

Oleh karena pembahasan tentang evaluasi pendidikan cukup luas, makalah sederhana ini akan membatasi permasalahan pada hakikat evaluasi pendidikan, beberapa komponen evaluasi non-tes yang banyak digunakan dalam mengevaluasi pendidikan atau peserta didik, dan yang terakhir adalah urgensi dari evaluasi itu sendiri.



B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud evaluasi?

2. Apa yang dimaksud evaluasi non tes?

3. Apa saja yang termasuk evaluasi non tes?









BAB II
PEMBAHASAN



A. Pengertian Evaluasi

Dalam Undang-Undang Sisdiknas di Indonesia dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan[1].

Kemudian dijelaskan pula dalam Peraturan Pemerintah yang merupakan implementasi dari Undang-Undang sisdiknas tersebut bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.[2]

Sedangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional yang sekarang namanya berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan[3].

Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.

Istilah pengukuran (measurement) mengandung arti “the act or process of ascertaining the extent or quantity of something”. Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute) tentang suatu objek, orang atau peristiwa”.

Dengan demikian, evaluasi dan penilaian berkenaan dengan kualitas dari sesuatu, sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan angka-angka) dari sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun non-tes.



B. Pengertian Evaluasi Non-tes

Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya.



C. Macam – Macam Evauasi Non-tes

Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil-hasil pelajaran bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, rating scale dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Jika evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna. Justru teknik non-tes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.

Adapun beberapa teknik non tes antara lain :

1. Observasi

Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[4]

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu guru Pendidikan Agama Islam menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, pada saat berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Selain itu juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.

Tujuan utama observasi antara lain :

1) Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan

2) Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)

3) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.



Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.



Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:

1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.

2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.

3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.



Kelebihan Dan Kekurangan Observasi

Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:

Kelebihan

1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.

3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.

4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.

Kekurangan

1) Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.

2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati.

3) Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.



Pedoman penyusunan observasi

Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan observasi

2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi

3. Menyusun pedoman observasi

4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran

5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi

6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba

7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung

8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi



Berikut adalah langkah-langkah penyusunan pedoman observasi sekaligus contoh Pedoman observasi praktik mengajar;

a. Merumuskan tujuan observasi

b. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi

c. Menyusun pedoman observasi

d. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru dalam pembelajaran.

e. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.

f. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.

g. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.

h. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.



Contoh 1. Pedoman Observasi Praktik Mengajar

Nama


:


Mata Pelajaran


:


Pokok Bahasan


:


Kelas/Semester


:


Hari/tanggal


:


Kompetensi Dasar


:


No


Aspek-aspek yang diobservasi


Skala Nilai


Ket.

1


Tahap Orientasi


A


B


C


D


E

a. Pembukaan


b. Mengabsen peserta didik


c. Mengemukakan tujuan


d. Apersepsi


2.


Tahap Inti


a. Mengemukakan pokok-pokok materi


b. Menjelaskan Materi


c. Memberi contoh dan stimulus


d. Penggunaan multimetode dan media


e. Kejelasan bahasa


3.


Tahap Kulminasi


a. Merangkum materi


b. Penilaian


Simpulan :


Saran :




Observer





( ……………………. )




Contoh 2. Observasi penilaian keterampilan peserta didik

Mata Pelajaran : Keterampilan

Topik : Membuat Kaligrafi dari kertas.

Kelas : ………………………………………………

Nama Siswa : ………………………………………………

Hari & Tanggal : ………………………………………………

Jam Pelajaran : ………………………………………………



No


Kegiatan/aspek yang dinilai


Skor/Nilai


Keterangan

1.


Persiapan alat-alat (bahan)


…………….


2.


Kombinasi bahan


…………….


3.


Kombinasi warna


…………….


4.


Cara mengerjakan


…………….


5.


Ketepatan waktu mengerjakan


…………….


6.


Hasil pekerjaan


…………….




Hasil penilaian dengan menggunakan instrument tersebut di atas bersifat individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan ke dalam daftar nilai yang bersifat kolektif, seperti contoh berikut ini:

Mata Pelajaran : Keterampilan

Topik : Membuat kaligrafi dari keras

Kelas : …………….

Semester : …………….

No


Nama Siswa


Skor/Nilai untuk tiap-tiap kegiatan


Jumlah


Rata-rata

1.


………………………………


……


……


……


……


……


……


……


……

2.


………………………………


……


……


……


……


……


……


……


……

3.


………………………………


……


……


……


……


……


……


……


……

4.


………………………………


……


……


……


……


……


……


……


……

5.


………………………………


……


……


……


……


……


……


……


……





2. Wawancara

Menurut Zainal Arifin,[5] wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung adalah wawancara yang dilakukan melalui perantaraan orang lain ataupun media.

Berbeda dengan Zainal Arifin, Anas Sudijono membagi wawancara kepada wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal juga dengan wawancara berstruktur/sistematis dan wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal juga dengan wawancara bebas atau wawancara tidak sistematis.

Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Disamping itu juga bertujuan untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.

Untuk menyusun pedoman wawancara, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;

a. Merumuskan tujuan

b. Membuat kisi-kisi atau lay out dan pedoman wawancara

c. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara bertanya dan jangan membuat peserta didik bersikap defensife.

d. Melaksanakan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun, sehingga dapat diperbaiki lagi.

e. Melaksanakan wawancara dalam situasi sebenarnya.

Contoh;

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No


Masalah


Tujuan


Pertanyaan


Bentuk pertanyaan




Format Pedoman Wawancara

No


Aspek-aspek yang diwawancara


Ringkasan Jawaban


Ket.

1.


…………………………………………………………


……………………………………………


2.


…………………………………………………………


……………………………………………

3.


…………………………………………………………


……………………………………………

4.


…………………………………………………………


……………………………………………

5


…………………………………………………………


……………………………………………



3. Angket

Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.

Angket terdiri atas beberapa bentuk, yaitu:

a. `Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Bentuk angket berstruktur terdiri atas tiga bentuk, yaitu:

1. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternative jawaban.

2. Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternative jawaban terakhir diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab secara bebas.

3. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam bentuk gambar.

b. Bentuk angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi kurang dapat dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis secara statistik sehingga kesimpulannyapun hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket, yaitu:

a. Setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat, tepat, dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti;

1. Hindari pertanyaan yang ambigu

2. Hindari kata tambahan, seperti “biasanya”, dan “seringkali”.

b. Jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya, “kamu tidak menganggap dia anak yang cerdas, bukan?”

c. Jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya: “apakah kamu tidak senang untuk tidak membaca buku pelajaran?”

d. Hindari pertanyaan berlaras dua, seperti: “apakah kamu senang belajar membaca dan berhitung?”

e. Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, “apakah kamu suka belajar computer di rumah?” pertanyaan ini tidak tepat. Bagaimana jika anak tersebut tidak mempunyai computer? Untuk itu, perlu dibuat dua pertanyaan, seperti (1) apakah kamu mempunyai computer di rumah? (2) Jika Ya, apakah kamu senang belajar computer di rumah?

f. Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka harus membagikan lagi angket itu kepada peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak mengembalikan).

g. Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket.

h. Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak terlalau sedikit.



Contoh kuesioner/angket bentuk pilihan ganda untuk mengungkap hasil belajar ranah afektif (kurikulum dan GBPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Tahun 1994)

1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusu’ dalam menjalankan ibadah shalat, saya:

a. Merasa tidak harus meniru mereka

b. Merasa belum pernah memikirkan untuk shalat dengan rajin dan khusu’

c. Merasa ingin seperti mereka

d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusu’

e. Merasa iri hati dan ingin seperti mereka.



Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk :

(a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan

(b) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial teaching,

(c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.

Fungsi evaluasi adalah, (a) secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, (e) untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.

Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar, (c) diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar, (d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Dari sini dapat dipahami bahwa teknik evaluasi jenis ini tidak dapat dikesampingkan, karena memang tidak semua materi pembelajaran dengan segala karakteristiknya dapat dievaluasi dalam bentuk tes. Karena hal tersebut hanyak akan menyentuh ranah kognitif saja. Oleh karenanya kedua teknik evaluasi tersebut penting dan saling melengkapi satu sama lain.



4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Teknik evaluasi pemeriksaan dokumen yaitu teknik evaluasi yang mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.

Teknik evaluasi dengan pemeriksaan dokumen ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, , dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.

Informasi ini nantinya bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Hal ini dikarenakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomot siswa itu tidak mungkin terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan bermainnya. Semua komponen yang berada disekitar peserta didik akan memberikan peranan penting didalam perkembangan pengetahuaanya, meskipun dalam kadar dan persentae yang berbeda.





BAB III

PENUTUP



A. Kesimpulan

Evaluasi pendidikan pada intinya adalah proses menilai apa yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

Untuk mengevaluasi pendidikan dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu melalui teknik evaluasi tes dan teknik evaluasi non-tes dengan segala komponennya berupa observasi, wawancara, skala sikap (attitude scale), daftar cek (chek list), angket atau kuesioner dan lain sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA



http://ejurnal.uin- alauddin. ac.id/artikel /04%20Teknik% 20Non% 20 Tes% 20 -%20Sitti% 20Mania. Pdf diakses pada 28 April 2014 jam 09.00 wib

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/makalah-evaluasi-pendidikan-non-tes.html diakses pada 28 April 2014 jam 09.00 wib

http://navelmangelep.files.wordpress.com/2012/03/teknik-non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian.pdf diakses pada 28 April 2014 jam 09.00 wib

http://rumahuus.blogspot.com/2012/12/teknik-evaluasi-non-tes.html diakses pada 28 April 2014 jam 09.00 wib

http://wwwqolbu.blogspot.com/2013/10/teknik-evaluasi-hasil-belajar-non-tes.html diakses pada 28 April 2014 jam 09.00 wib







[1] Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, no 20 / 2003 Bab I, Pasal I, ayat 21

[2] Peraturan Pemerintah no 19/2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Bab I, pasal I, ayat 17

[3]Depdiknas, Materi Pelatihan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi Serta Pengembangan Sistem Penghargaan Terhadap Siswa, (Jakarta: Direktorat PLP – Ditjen Dikdasmen, 2003), h. 1 dalam http://rumahuus.blogspot.com/2012/12/teknik-evaluasi-non-tes.html

[4] http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/makalah-evaluasi-pendidikan-non-tes.html

[5] Ibid, h. 157-158 dalam http://rumahuus.blogspot.com/2012/12/teknik-evaluasi-non-tes.html

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30