Monday 28 April 2014

PECAYALAH!!! Tuhan Maha Adil



Jum’at, 14 Pebruari 2014 menjadi hari yang tak biasa bagi kami, warga Kab. Ngawi dan sekitarnya. Hal ini bermula dari turunnya sesuatu yang tak biasa dari atas langit kota kripik tempe ini, hal yang tak lazim terjadi di daerah lereng Gunung Lawu. Hujan abu vulkanik, itulah yang terjadi di fajar yang mulai mengintip dunia, saat para petani pergi ke sawah mereka, saat anak sekolah tengan bersiap untuk berangkat mengejar ilmu. Apa yang terjadi? Apakah gunung yang telah tertidur itu bangun?
Beberapa jam sebelumnya, memang sempat tersiar bahwa Gunung Kelud telah memuntahkan abu vulkanik dan laharnya. Namun di jarak yang jauh antara Kediri Ngawi membuat kami tak berpikir sampai datang hujan abu yang lebat layaknya hujan air dengan petir yang dasyat.
Saat hujan abu di fajar yang teasa hanya tubuh merasa sesak layaknya ada sesuatu yang masuk ke pernapasan. Karena gelap kami memilih masuk ke rumah untuk berlindung, dan mencari informasi sebenarnya. Saat hari mulai melihatkan cahaya, barulah terlihat ribuan debu vulkanik menyerang tanah bambu, Kabupaten Ngawi.
Memang tatkala Gunung Merapi meletus beberapa saat lalu, abu vulkanik jua turun di kota kami, namun tak separah ini, sungguh hebat, lebat.
Sabtu, atau sehari kemudian keluarga besar Mahasiswa STAI Ngawi bergerak mengumpulkan dana guna membantu saudara – saudara yang membutuhkan di daerah bencana. BEM, Pramuka, KSR, dan Kajian Ilmiah bersatu membentuk barisan dalam menggerakkan para aktivis bersama bersatu untuk saudara. 2 hari Alhamdulillah kami mendapatkan dana yang tak bisa dibilang sedikit, dan akhirnya kami berkonsultasi dengan pihak kampus dalam penyalurannya.
Pihak kampus yang mempunyai saudara didaerah bencana langsung membuat jaringan komunikasi tentang daerah yang cukup parah teradampak erupsi Gunung Kelud. Hari Minggu pukul 2 pagi perwakilan dari semua Organisasi Intra Kampus berangkat dengan didampingi 2 Dosen yang juga Biro Kemahasiswaan pergi ke daerah bencana.
Kebetulan pada hari yang sama Beliau, Bapak Susilo Bambang Yudoyono juga dijadwalkan mengunjungi para korban, untuk itu kami bergegas agar tidak terjebak dengan barisan pengawal presiden.
Setelah berkoordinasi dengan pihak - pihak terkait, akhirnya kami sampai di Desa Satak, Kecamatan Puncu (kalau tidak Khilaf^^) Kediri. Sepanjang perjalanan hanya terlihat debu – debu yang masih mengotori udara sekitar, dan saat mulai masuk daerah pedesaan jalan – jalan sudah tertutup abu pasir dan kerikil sekitar 20 – 30 cm.
Di kiri kanan jalan hanya nampak bangunan – bangunan yang atapnya ambrol karena tak mampu menahan beratnya pasir dan kerikil yang jatuh dan menimbun di atap. Banyak oknum – oknum yang memanfaatkan situai dengan promosi dan memasang umbul – umbul di sepanjang jalan dengan modus membei bantuan. Yang perlu diperhatikan adalah hikmah dari ini semua, tatkala datang kesedihan pasti akan berganti datang kesenangan, begitulah janji Allah SWT. Dan itu bisa kita lihat dengan banyaknya pencari pasir dadakan, jalan yang dipenuhi pasir dibersihkan untuk kemudian dijual. Itu salah satu dari hikmah yang nyata, namun jika kita mampu berpikir lebih jauh pada positif thinking, akan ada hikmah – hikmah lain dibalik peristiwa....Percalahan TUHAN MAHA ADIL......

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30