Monday 22 October 2012

Perang Salib

PERANG SALIB DAN DAMPAKNYA




disusun untuk tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
yang diampu oleh dosen Drs. Sadiran Nur Hasan, M.Pd.I





OLEH :
Novicha Andika Septiana

Jurusan Tarbiyah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NGAWI
Jalan Ahmad Yani No. 99 Ngawi
Tahun Akademik 2012 / 2013 


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Balakang
Perang Salib tak bisa lepas dari sejarah Peradaban Islam, karena banyak memperngaruhi dunia secara umum dan Agama secara khusus. Perang yang terjadi hanya karena nafsu untuk menguasai suatu tempat ini terjadi ratusan tahun lalu dan banyak memakan korban jiwa. Namun apakah generasi sekarang sudah paham benar bagaimana perang ini terjadi dan hasil akhirnya? Tentu masih banyak pemuda atau generasi muda yang belum mengetahuinya, entah karena belum sempat membaca atau mencari referensi atau hal yang lain.
Terhubung dari hal tersebut, penulis ingin sekali membagi kisah Perang Salib ini kepada halayak umum, dan para pemuda khususnya. Supaya kita sebagai generasi Islam bisa mengetahui apa yang terjadi dahulu pada agama kita, dan pada dunia ini.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa itu perang salib?
2.      Apa penyebab perang salib?
3.      Bagaimana perang salib terjadi?
4.      Apa dampak perang salib bagi dunia?

C.       Tujuan
1.      Mengetahui apa itu perang salib
2.      Mengetahui penyebab dari perang salib
3.      Mengetahui proses terjadinya perang salib
4.      Mengetahui dampak perang salib bagi dunia







BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perang Salib

Peperangan yang terjadi antara dua agama ini disebut perang salib karena ekspedisi militer mempergunakan salib sebagai symbol pemersatu yang diletakkan pada masing masing pundak mereka untuk menunjukan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Maqdis (Yerussalem) dari tangan orang-orang islam.
Dalam Wikipedia dikatakan Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci ( Yerussalem )dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.
Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, Perang Salib ialah gerakan kaum Kristen di Eropa yang memerangi umat Islam di Palestina secara berulang-ulang, mulai dari abad XI sampai abad XIII M. untuk membebaskan  Bait al-Maqdis dari kekuasaan Islam dan bermaksud menyebarkan agama  dengan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dikatakan salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur mengenakan tanda salib di dada kanan sebagai bukti kesucian cita-cita mereka.
B.       Penyebab Perang Salib
Adapun yang menjadi factor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib adalah agama, politik dan sosial ekonomi.
1.      Faktor Agama
Dalam pandangan orang Kristen mereka sangat mengagungkan kekuatan suci gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa. Maka banyak dari mereka yang telah putus asa berbondong-bondong memanggil seruan ini. Ditambah lagi dinasti Saljuk yang merebut Baitul Maqdis dari tangan Fathimiyah pada tahun 1070, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana. Hal ini disebabkan karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Bait Al-Maqdis, bahkan mereka yang pulang berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Saljuk yang fanatic. Umat kristen merasa perlakuan para penguasa dinasti Saljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.
2.       Faktor Politik
Kekalahan Byzantium sejak tahun 330 yang disebut Konstantinopel di Manzikar (Malazizkir) atau Malasyird, Armenia pada 1071 dan jatuhnya Asia kecil ke bawah kekuasaaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnesus (Kaisar konstantinopel) untuk meminta bantuan pada Paus Urbanus II (1035-1099); menjadi paus dari (1088-1099) dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Byzantium karena adanya janji kaisar Alexius untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma.
Pada waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar tehadap raja-raja yang berada di bawah kekuasaannya. Ia dapat menjatuhkan sanksi kepada raja yang membangkang perintah Paus dengan mencopot pengakuannya sebagai raja.
Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang lemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dalam perang salib. Ketika itu, dinasti Saljuk di Asia kecil sedang mengalami perpecahan, dinasti fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segi tiga antara Khalifah Fathimiah di Mesir, khalifah Abasiyah di Baghdad dan Amir Umayah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai khalifah.
Hal ini tampak dalam kondisi umat islam seperti berikut:
1.      kelemahan dinasti Saljuk pasca wafatnya Malik Syah hingga menga-kibatkan Saljuk terpecah-pecah.
2.      tidak adanya pemimpin kuat yang menyatukan perpecahan umat islam dan membentuk pasukan yang tangguh guna mengusir setiap lawan yang bermaksud jahat kepada islam.
3.      beberapa kabilah telah masuk agama Kristen dan hal ini menjadikan Eropa Kristen memiliki jaringan yang kuat di negara-negara timur.
Maka situasi demikian yang sangat menguntungkan bangsa Eropa mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu daerah-daerah kekuasaan Islam yang telah begitu luas menguasai Eropa seperi dinasti-dinasti di Edessa (Arruha) dan Baitul Maqdis.

3.      Faktor Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi Eropa lah yang sebenarnya menjadi dorongan kuat pada masyarakatnya untuk ambil bagian dalam peperangan ini. Pandangan mereka yang selama ini terkukung oleh kemiskinan atas seruan kebebasan dan materi menjadikan mereka berduyun-duyun menyambut harapan itu. Maka semua lapisan baik raja, bangsawan, pendeta, saudagar, petani, dan semuanya mempunyai pandangan yang tidak berbeda terhadap perang salib. Oleh karenanya perang ini menjadi alat pemersatu yang sangat baik atas kesatuan Eropa melawan Islam.
Terjadinya peperangan ini pula adalah karena ambisi para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur laut tengah terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa, untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang dan mempermudah jalur perdagangan itu sendiri karena mereka selama ini harus berhadapan dengan para penguasa Islam dalam melakukan perdagangannya. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di timur melalui jalur strategi tersebut.
Selain permasalahan di atas, dalam kehidupan bangsa Eropa telah terbagi dalam kelas-kelas social masyarakat yang ketika itu terdiri dari tiga kelompok yaitu ; kaum gereja, kaum bangsawan serta ksatria, dan rakyat jelata. Meskipun kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas di dalam masyarakat, tetapi mereka menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina. Mereka harus tunduk kepada tuan tanah yang sering bertindaksemena-mena dan mereka dibebani berbagai pajak dan sejumlah kewajiban lainnya. Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan berduyun-duyun melibatkan diri dalam perang tersebut. Hal ini karena memang kebebasan yang sangat berarti dalam kehidupan mereka. Penindasan yang selama ini mereka rasakan telah mengakibatkan mereka telah kehilangan hakekat hidup itu sendiri. Maka adanya seruan itu bukan karena mereka ingin memenuhi panggilan suci agama, bukan itulah sebab mereka mengikuti perang salib.
Selain stratifikasi social masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa berlaku hukum waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima harta warisan. Apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Hal ini telah menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat. Akibatnya, anak-anak yang miskin sebagai konsekuensi hukum waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula mengikuti seruan mobilisasi umum itu dengan harapan yang sama, yakni untuk mendapatkan perbaikan ekonomi.


Seruan Perang Salib
Maka dengan beberapa factor yang menjadi penyebab bibit awal peperangan itulah Sri Paus berani mengumumkan atas kebenciannya terhadap umat islam. Maka idenya untuk mengadakan perang salib itu bergulir dengan diawali kongres tahunan yang duhadiri oleh para uskup dan menyetujui gagasannya. Ia menghasut dengan dalih pembebasan Baitul Maqdis, yang pula mendapat dukungan para peserta kongres tersebut. Hal ini menjadi semakin besar pengaruhnya dengan seorang pendeta prancis, Boutros yang berkeliling ke seluruh Eropa dalam membangkitkan sentiment agama orang-orang Kristen dan mengajak mereka untuk berperang. Dan ajakan ini betul-betul berpengaruh dalam hati umat Kristen. Maka berangkatlah dan semakin menyebarlah gagasan Sri Paus atas perang salib ini .

C.       Proses Perang Salib
Maka setelah semuanya telah menjadi maklumat bersama, keinginan gereja pun segera dilaksanakan, raja-raja para ksatria dan para prajurit mematuhi panggilan ini dan menghimpun kekuatan yang besar. Maka banjir manusia tumpah ruah memasuki daerah timur. Maka dimulailah rangkaian perang tersebut dengan beberapa angkatan.
Adapun angkatan tersebut adalah;
  Angkatan Salib Pertama; ini terjadi setelah Boutrus yang tanpa strategi apapun akhirnya kalah dan terbunuh bersama seluruh tentaranya. Maka pasukan Eropa keluar dengan pasukan yang lebih besar lagi dan dapat menuai kemenangan, pasukan salib berhasil merebut Baitul Maqdisi dinasti Saljuk. Maka setelah pasukan salib merebut daerah ini, terjadilah peristiwa yang sangat mengerikan dengan pembantaian terhadap kaum muslimin yang kira-kira berjumlah 6000 orang.
  Angkatan Salib Kedua; kegagalan Eropa salib yang terjadi pada angkatan kedua ini karena adanya ambisi dalam jabatan kepemimnan dan konflik internal antar negara-negara Eropa hingga memotivasi Imaduddin Zanky untuk bangkit dan melawan kekuatan salib. Ia menyerang pasukan salib yang bermaskas di Halb dan berhasil menguasainya dengan mudah.
  Angkatan Salib Ketiga; terjadi pada tahun 1183 M. ini adalah tantangan Eropa atas bangkitnya mesir di bawah pimpinan Salahuddin yang merebut Yerussalem dan menghancurkan kerajaan latin di palestina. Demikian dahsyatnya pasukan yang Salahuddin pimpin hingga memupuskan harapan Kristen di Timur. Ia melancarkan pukulan terhadap pasukan salib dan tentaranya memberiakn pil pahit kepada para pasukan salib tersebut. Maka dalam pandangan salib, pasukan salahuddin amatlah menakutkan dalam setiap peperangan melawan mereka.
  Angkatan Salib Keempat; terjadi pada 1204 M. perang pada angkatan inilah yang dinilai paling rusak dalam sejarah peperangan salib. Ini dikarenakan mereka bukanlah para tentara yang terlatih melainkan para penyamun yang mencari keuntungan dalam peperangan ini. Mereka hanya mencari sisa-sisa harta imperium timur serta usaha menyelamatkan diri dari malapetaka perang salib.
  Angkatan Salib Kelima ; tahun 1217 M. pada angkatan kelima dan ketujuh inilah, pasukan salib telah mencapai pada titik keletihan yang teramat sangat. Mereka telah kehabisan bekal makanan dan penyakit yang melanda sebagian besar tentaranya. Ditambah lagi mereka telah kehilangan semangat perang, dan pada akhirnya mereka pun sia-sia untuk melanjutkan misi ini. Mereka tertahan di perairan Mesir dan dataran Daimetta yang pada akhirnya mereka pun kalah karena tercerai berai.
  Angkatan Salib Keenam; pada 1228, dan inilah perang salib yang paling menentukan antara hidup dan matinya Muslimin atau kaum Salib. Yang mereka perebutkan adalah Yerussalem yang dalam pandangan kedua agama ini adalah tempat suci agama mereka.

Periodesasi Perang Salib
Para sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi perang salib. Prof. Ahmad Syalabi ( penulis buku Attarikh Al-Islami Wa Al-Hadarah Al-islamiyah) atau sejarah dan kebudayaan Islam., misalnya sebagai periodesasi perang salib itu atas tujuh periode. Sementara itu Philip K.Hitti (orientalis) yang menulis buku “the history of The Arab” memandang perang salib berlangsung terus-menerus denag kelompok yang bervariasi, kadang –kadang berskala besar dan tidak jarang pula yang berskala kecil. Selain itu arah dan peperangan tersebut antara gerakan yang satu dan yang lainnya tidaklah terdapat pembatas yang jelas antara tempat dan kurunnya. Meskipun demikian, Hitti berusaha membuat periodesasi perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga periode.

Periode Pertama
Disebut periode penaklukkan (1096-1144). Jalinan kerjasama antara kaisar Alexius dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangant umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II pada konsiliasi Clermont pada tanggal 26 Nopember 1095. menurut penilaian Philip K.Hitti, pidato ini kemungkinan merupakan pidato yang paling berkesan sepanjang sejarah yang telah dibuat Paus.
Pidato ini bergema di seluruh Negara Kristen mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat. Hassan Ibrahim ( sejarawan yang menulis buku sejarah islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak mempinyai pengalaman berperang, tidak disiplin, dan tanpa memiliki persiapan.
Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I ‘ermite. Sepanjang jalan menuju kota Konstantinopel mereka membuat keonaran, melakukan perampokan dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongarian dan Byzantium. Akhirnya dengan mudah pasukan salib dapat dikalahkan Dinasti Saljuk.
Perang salib angkatan berikutnya dipimpin oleh God Frey Of Bouillon. Gerakan kali ini lebih merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 juni 1099. pasukan ini melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang seminggu terhadap umat islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda. Disamping itu mereka membumihasungkan bangunan-bangunan umat islam. Sebelum pasukan ini memasuki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu merebut Anatolia Selatan, daerah Tarsus, Antiokia, Alefo dan Arruha (Edessa). Selain itu, mereka juga berhasil merebut Tripoli, Syam (Suriah) dan Acre.
Kemenangan pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia islam dan situasi di kawasan itu. Sebagai akibat dari kemenangan tersebut, berdirilah beberapa kerajaan latin Kristen timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099) di bawah pemerintahan raja God Frey, Edessa (1098) diperintah oleh raja Baldwin, dan Tripoli (1109) dibawah kekuasaan raja Raymond.

Periode Kedua
Disebut periode reaksi umat islam (1144-1192). Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin menghimpun kekuatan guna menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mosul, kaum muslimin maju membendung serangan kaum salib. Bahkan mereka berhasial kembali merebut Allepo dan edessa (Arruha) pada tahun 1144. setelah Imadudin Zangi wafat pada tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya Nuruddin Zangi. Dibawah kepemimpinannya ia meneruskan citi-cita ayahnya untuk membebaskan negri-negri islam dari serangan kaum salib. Kota-kota yang berhasial ia dapatkan kembali adalah:
1. Damaskus (1147)
2. Antiokia (1149)
3. Mesir (1169)
Keberhasilan kaum muslimin dalam merebut kembali beberapa kota islam yang telah diduduki oleh kaun salib adalah setelah munculnya pejuang islam yang bernama salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187, telah membangkitkan kembali semangat kaum salib untuk mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Ekspedisi dibawah pimpinan raja-raja Eropa seperti:
1. FrederickI
2. Richard I
3. Philip I
Ekspedisi militer salib kali ini dibagi dalam beberapa divisi. Sebagian menempuh jalan darat, sebagian lagi menempuh jalan laut. Federick yang memimpindivisi barat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di Sungai Armenia, dekat kota Arruha.
Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang melanjutkan perjalanannya dibawah pimpinan putranya. Adapun kedua divisi lainnya menempuh jalur laut bertemu di Sicilia. Mereka berada di sana sampai musim dingin berlalu.
Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah. Richard menuju Cyprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanannya ke Syam (Syuriah) adapun Philip langsung ke Acre. Di sana pasukannya berhadapan dengan pasukan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Tidak berapa lama kemudian, dating pula Richard dengan pasukannya yang mengakibatkan pertempuran sengit terjadi. Akhirnya kota Acre ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin yang memilih mundur uantuk mempertahankan kota Mesir.
Dalam keadaan demikian, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian. Inti perjanjian damai adalah : daerah pedalaman akan menjadi milik muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan jaffa berada di bawah kekuasaan tentara Salib.
Tidak lama kemudian setelah perjanjian itu disepakati, Salahuddin meninggal dunia pada bulan Safar 589/ Februari 1193.

Periode Ketiga
Periode yang berlangsung 1193-1291 ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran kaum salib. Hal ini dikarenakan pada masa ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan serta yang bersifat material ketimbang motivasi agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan. Hal ini dapat terliaht ketika pasukan salib yang mereka persiapkan untuk menyerang Mesir (1202-1204) ternyata membelokkan tujuan menuju konstantinopel. Kota ini direbut dan diduduki oleh Baldwin sebagai rajanya. Ia merupakan raja Roma Latin pertama yang berkuasa di Konstantinopel.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah pahlawan wanita yang tekenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut, bukan hanya itu sejarah juga telah mencatat bahwa pahlawan wanita yang gagah berani itu telah mampu menunjukan kebesaran islam dengan membebaskan dan mengizinkan kembali raja Louis IX kembali ke negerinya, perancis.

D.      Dampak peristiwa perang salib

Dalam bidang militer, dunia barat menemukan persenjataan dan taktik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negeri mereka, seperti menggunakan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menggunakan kuda, tehnik melatih burung merpati untuk kepentingan inffformasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat untuk pasukan militer di medan perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan tenun di dunia timur. Untuk itu mereka mengimpor bernagai jenis kain, seperti muslin, satin, dan dammar dari timur barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis farpum kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
System pertanian yang sama sekali baru di dunia barat mereka temukan di timur islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Hal yang sangat penting lainnya adalah penemuan gula.
Hubungan perniagaan dengan timur menyebabkan mereka menggunakan alat tukar uang sebagai alat barang. Sebelumnya mereka masih menggunakan system barter. Ilmu ekonomi yang mereka kembangkan sejak abad ke 9 telah pula melahirkan observatorium dunia barat. Selain itu mereka meniru rumah sakit dan pemandu yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan kepribadian umat islam di timur pada waktu itu telah memberikan penagruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perang salib adalah perang yang terjadi antara umat kristiani dan umat muslim yang tujuannya untuk merebut daerah kekuasaan islam. Daerah itu baik kota Yerussalem pada awalnya maupun daerah lain yang juga sudah diduduki oleh umat islam. Seruan perang salib dilakukan oleh pemimpin agama mereka yang disebut paus, yang memiliki kekuasaan diatas raja kala itu.
Perang salib berjalan cukup lama, yakni hampir 2 abad lamanya dan berjalan secara bertahap. Namun pada akhirnya kemenangan berada di tangan kaum muslimin, meski demikian banyaknya korban juga tidak bisa dihindarkan.
Selain itu, banyak pula ilmu – ilmu yang diambil dan dibawa ke dunia barat, peradaban – peradaban yang di ambil juga mengakibatkan dunia barat kembali menemukan kejayaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan mereka.

B.       Saran
Sebagai kaum muslim, pemuda yang akan meneruskan perjuangan bangsa dan agama, perlu kiranya kita mengetahui bagaimana sejarah peradaban islam. Selain itu adanya peperangan juga tak akan mendapatkan kebaikan bagi semua pihak, aka nada korban – korban yang seharusnya bisa dihindarkan.



DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jilid IV (Cet. III; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 240.

http://oksinikygitgen.blogspot.com/2009/06/perang-salib-artikel.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib

http://www.referensimakalah.com/2011/09/akibat-perang-salib-bagi-umat-islam_557.html

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30