Friday, 3 February 2012

Naluri teman


Kali ini aku mau membri sedikit apa yang telah aku alami dulu semasa aku masih berada dalam lingkup lain dalam kehidupanku ini. Cerita ini sebenarnya biasa saja, namun bagiku hal ini cukup menarik sebab memperlihatkan sebuah pandangan yang hebat. Seorang teman / sahabat yang mampu mengerti situasi yang sedang akan mendekat dan seseorang yang mampu berpikir jernih atas situasi yang akan menimpanya.
Ya sekali lagi ini bagiku sendiri, entah bagaimana pendapat yang lain ^^, yang jelas aku tidak berniat mengumbar masalah ataupun privasi dia, Cuma ingin mengingatkan bahwa teman akan selalu ada untuk mengingatkan kita. Dan kita harus tetap berpikir jernih dan panjang dalam mengambil keputusan supaya tidak akan menyesal dikemudian hari. Sekali lagi inilah realita remaja dikala aku sedang menikmati masa remajaku bersama temanku.

Kisah I
Kisah ini terjadi saat tengah ada 2 orang insan di dalam ruangan sedang berbicara masalah “Perasaan”. Tapi kali ini bukan perasaan mereka satu sama lain lho,,,hehehe, ini adalah tentang Perasaan seorang dari teman mereka pada salah satu dari mereka.
Pada awalnya mereka hanya berbincang biasa, namun di tengah – tengah pembicaraan ternyata topic tiba – tiba berubah
……………………………………
A     :    eh, kayake si “P” tu memiliki sebuah perasaan yang terpendam kepada mpean, Cuma mungkin belum berani terang – terangan aja.
B    :    heleh, dari mana antum tahu? Wong dia itu biasa saja kok.
A     :    ya tahu lah, aku kan juga seorang lelaki, sama dengan dia.
B    :    sebuah firasat sesame gender itu ga bisa menjadi bukti untuk mengungkapkan sebuah realita akh.
A     :    ya ta? Ya buktikan aja nanti saat waktu yang akan menjawab semua firasatku terhadap semua itu. Siap – siap saja membuat suatu argument saat hal yang aku ingatkan ini terjadi (sambil tersenyum), dari perhatiannya dan caranya mencari perhatian pada mpean itu ga sama dengan teman yang lain.
B    :    ya, Insya Allah….ana akan lebih hati - hati 
…………………………………..
Walaupun sampai saat ini aku belum dengar hal itu benar terjadi atau tidak, namun rumor yang beredar di antara teman – temanku menyatakan kebenaran, namun sekali lagi itu baru rumor. Sebab aku sendiri belum mendengar ataupun mendapati mereka ( B dan P ) itu menikah. Jadi bisa di simpulkan dalam hatiku bahwa itu belum terbukti.

Kisah II
Kisah ini terjadi saat aku dan kedua temanku berjalan hendak menuju ke Mushola untuk menunaikan Shalat Dhuhur berjamaah, namun memang manusia tak akan bisa dipisahkan deengan proses sosial, yaitu berbicara. Dalam perjalanan itupun terjadi pembicaraan, dan lagi – lagi remaja membicarakan masalah “Cinta”. Tapi kali ini bukanlah masalah jatuh cinta biasa, tapi inilah cuplikannya :
I      :    mbak, hati – hati kayake Mr. X (bisa dikatakan “pimpinan” dari “ I “) itu suka ma mpean. . .
II     :    masa ta mbak? Aku ga pernah berpikir seperti itu i
I      :    ya dari segala apa yang dia lakukan itu Nampak kalau dia suka ma mpean
II     :    mungkin Cuma perasaan mpean aja mbak, dia ga pernah menganggap aku special kok, sama dengan teman – teman yang lain.
I      :    ya pokoknya jangan sampai kesannya mpean memberi peluang ma dia, masih terlalu dini mpean untuk menerima tu.
II     :    (Cuma tersenyum)

Dari pembicaraan itupun aku tak berani mengeluarkan kata, karena disamping mereka adalah temanku si Mr. X yang dimaksud temanku pula, dan aku juga tak mengerti akan pembahasan mereka. Namun setelah kurang lebih 1,5 tahun, temanku (II) sms dan mengatakan kalau dia sedang ada masalah dengan kakak si Mr. X, katanya sang kakak itu marah lantaran dia menolak “Perasaan” Mr. X dan mnyebutkan kata yang di telinga sang kakak itu kasar. Padahal sang lakon (Mr. X) tak menyimpan marah ataupun menganggap kalau kata itu kasar. Dalam pikirku wah ternyata refleksi hati dari temanku (I) itu ada benarnya juga tentang perasaan Mr. X kepada temanku (II).

Nah, dari 2 kisah itu, sedikit aku pikirkan kenapa seseorang lebih peka terhadap sebuah perasaan seseorang terhadap teman / sahabatnya daripada dirinya sendiri. Apa mungkin kerana sang actor tujuan sebenarnya juga mngerti tapi hanya saja tidak mau terbuai hingga tak menganggap hal itu terjadi pada dirinya? Wallahu ‘alam Bisshawab. Yang jelas seorang teman yang memang mengenal temannya akan mengerti apa yang dibutuhkan temannya. Makanya jangan kita berteman hanya disaat senang, tapi berteman pulalah disaat teman kita tengah pilu, sebab Teman sejati pastilah sebatas duniawi. Selagi kita bisa membantu kenapa tidak? selagi kita bisa mengingatkan, kenapa tidak?
Selkali lagi penulis buakn bermaksud mengumbar sebuah masalah dari seorang insan, Cuma untuk bersama – sama mencoba  mengambil segala hikmah dari sebuah peristiwa remaja.

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30