Sunday, 25 December 2011

Pertemananku, bagai cinta yang tak direstui

Ini merupakan hal yang beru saja saya alami, sungguh tak terbayang bisa terjadi hal macam ini, sebuah pertemanan yang ditentang. Memang aga terlalu berlebih rasanya dalam telingaku sendiri, tentunya sebagi manusia biasa, sebuah silaturrahim yang ditentang. Mungkin aku bisa sedikit berkesimpulan berdasar apa yang ku ketahui, aku ini laki-laki, dia perempuan. Layaknya hubungan dalam agamaku yang melarang laki-laki dan perempuan berduaan. Tapi kami hanya berteman, bukan berduaan. Apakah pertemanan antara yang bukan mahramnya itu juga dilarang?
Tentu saja aku kembali mencari jalan tengah atas semua ini, aku juga tentu tak mau begitu saja diam menerima ini semua. Positif thinking berusaha ku cari, "mungkin maksudnya kau harus tetap komit, jangan kebablasan" suara hatiku berbisik pelan melegakan telingaku yang seakan-akan buntu oleh situasi yang tak kuduga. Ya itupun menjadi kesimpulanku hari ini, jangan kebablasan layaknya 3 tahun yang lalu yang membuatmu harus disidang oleh 2 algojo yang sebenarnya diciptakan lembut. Tapi sidang itupun ku jadikan pemikiran, memang aku yang sudah bersalah, pantaslah kiranya diberikan peringatan,,,terima kasih mbak-mbak ^^.
Kembali ke topik utama, eh tunggu dulu bila dibandingkan kejadian yang dulu, nampaknya hampir sama, layaknya cinta yang tak direstui, aku yang sudah di kasih kartu merah oleh mbak-mbak itu, sekarang kembali diberi kartu kuning yang pertama oleh adik-adik yang kembali tercipta dengan kelembutan. Biarlah aku kembali terberikan sebuah pelajaran kembali dalam bersikap kepada seorang hawa. Memang sulit rasanya bila kita tak bisa mengontrol keinginan berteman, apalagi itu dengan yang bukan semahram, hui,hui bisa-bisa mengundang syaiton-syaiton untuk menerusup kedalam hati lagi, naudzubillah.
Ya, topik ini saya tulis karena saat menjadi tamu dalam sebuah event, saya dan teman-teman yang sedang membawa sebuah makanan ringan, memberikan makanan itu kepada seorang adik yang sedang duduk-duduk satu ruangan denganku, hanya saja kami terpisah hijab. Layaknya seorang teman, tak mungin kami yang sedang makan, lalu tak memperhatikan teman yang lain disekitar dan menikmatinya sendiri. Dan aku tanyakan apakah kiranya dia mau juga? Dan aku berikan makanan kami untuknya dan teman-teman. Tenyata tanpa aku sadari hal itu justru menjadi masalah bagi kami, maklum saja kami yang bukan semahram, solah-olah aku memberikan perhatian lebih untuknya.
Babak tak berhenti disitu ada beberapa hal yang terjadi akibat dari kisah ini, dan semua itu menjadi kesalahanku sebagai pihak yang "ditengarai" sebagai terdakwa. Ya Allah maafkan hamba.
Sekiranya bila sampai kalian membaca hal ini, bolehlah kiranya seorang hamba yang masih awam ilmu ini diberikan saran.

No comments:

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda

copyright 2017 adinda30