Secara harfiah, silaturrahim artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang. Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan silaturrahim. Pertama pendapat yang membatasi silaturrahim dalam bingkai persaudaraan yang ada pertalian darah. Pendapat kedua menyatakan bahwa silaturrahim bukan hanya dalam bingkai keluarga, tapi dengan manusia umumnya. Pendapat yang kedua inilah yang banyak dijadikan pegangan.
Silaturrahim merupakan perkara yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai seorang muslim yang demikian itu kita ketahui karena silaturrahim menjadi perintah khusus dari Allah bagi setiap muslim. Allah berfirman dalam Al Qur’an,” Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim, sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(QS : An Nisa’ 4 : 1).
Perlu disadari oleh kita semua, bahwa sebelum Allah memerintahkan manusia untuk memelihara silaturrahim, terlebih dahulu manusia diberi modal. Allah memberi media yang memungkinkan perintah itu terlaksana yaitu energi kasih sayang (adakah manusia yang tidak memiliki rasa kasih sayang dalam hatinya). Energi kasih sayang inilah yang diminta oleh Allah untuk disalurkan kepada sesama melalui media silaturrahim. Semakin besar dan luas energi kasih sayang disalurkan kepada keluarga dan sesama, maka semakin besar pula kebahagiaan hadir di hati. Sebaliknya, semakin dikekekang energi kasih sayang dalam hati, kebahagiaan sulit hadir dalam hati. Itulah sebagian fitrah hati manusia.
Membicarakan silaturrahim bisa dilihat dari dua perspektif, yaitu silaturrahim dalam keluarga yang ada ikatan darah dan silaturrahim dalam makna luas yaitu dalam konteks pergaulan sosial dalam arti luas.
Silaturrahim dalam Keluarga
Silaturrahim dalam keluarga merupakan keniscayaan. Keluarga dekat maupun jauh , ada ikatan atau pertalian darah didalamnya. Pertalian darah yang meniscayakan diantara merekamemiliki hubungan hati yang dekat.
Kedekatan hubungan hati dapat menciptakan hubungan yang guyup yang memungkinkan kuatnya silaturrahim diantara mereka. Silaturrahim yang kuat dalam hubungan keluarga besar, dapat menghadirkan ketenangandan keberartian diri dalam pergaulan sosial. Orang perorangan maupun antar keluarga merasa terkuatkan eksistensi mereka dalam pergaulan hidup di tengah masyarakat. Mereka bisa saling menguatkan dalam urusan-urusan ekonomi dan sosial sehari-hari.
Dalam kehidupan modern semakin cenderung anomali. Dalam hubungan anomali bisa saja silaturrahim antar keluarga menjadi tidak mudah. Apalagi bila jarak tempat tinggal berjauhan.
Silaturrahim diantara mereka tanpa disadari digeser oleh kepentingan mempertahankan eksistensi diri dan keluarga. Utamanya dalam mengejar kebutuhan ekonomi dan status sosial.
Sesungguhnya di zaman ini tidak ada alas an untuk merasa sulit dalam membangun silaturrahim. Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan semua bisa berjalan mudah dan murah. Keluarga di Surabaya dan keluarga yang tinggal di Medan misalnya, bisa setiap saat berkomunikasi dengan biaya yang sangat murah.
Sejatinya kembali pada masing-masing diri dan keluarga. Jika berniat membangun silaturrahim, maka sangat mudah mewujudkannya. Demikian pula sebaliknya.
Silaturrahmi Dalam Kontek Sosial
Dalam kotek kehidupan bersama dalam pergaulan sosial, silaturrahim merupakan pintu bagi hadirnya kemudahan dalam segala urusan. Bayangkan andai manusia saling mempertautkn energy kasih sayang dalam segala aktifitas dan urusan. Tentulah akan terjadi ledakan energy yang positif yang luar bisaa. Akan terjadi upaya saling memudahkan dalam segala urusan, seperti urusan pekerjaan, bisnis, perizinan, materi, social dan ruhani, dan seterusnya yang didasari rasa kasih sayang. Kalau semangat silaturrahim mewarnai semua aspek kehidupan, maka mewujudkan impian yenyang hidup sejahtera bersama bukan lagi merupakan utopia atau impian. Dampaknya adalah kualitas hidup setiap individu dan kolektif bisa mencapai level tinggi.
Dalam konteks seperti itulah faedah silaturrahim sebagaimana disabdakan Rosulullah SAW akan terealisasi, yaitu dapat melapangkan rezeki dan memanjangkan umur,”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturrahim.” (Bukhari dan Muslim)
Sayang di zaman ini, sering nilai-nilai silaturrahim dikalahkan oleh pemikiran sempit. Egoisme impian pemilikan materi secara instan, menjadikan fitrah kasih sayang terbonsai. Muncullah nilai-nilai negative dalam hidup keseharian daimana manusia saling mempersulit satu dengan yang lainnya. Orang hanya sibuk memikirkan diri sendiri dan kebutuhan keluarga sempitnya (istri/suami dan anaknya). Bahkan sampai taraf tertentu, tanpa disadari, impian kepemilikan materi justru menjadi penghalang terwujudnya silaturrahim. Yang demikian itu terjadi karena yang berbicara bukan hati yang penuh kasih sayang. Yang mengemuka hanyalah angka-angka atau untung rugi.
Dalam uraian silaturrahim dalam konteks kehidupan keluarga pertalian darah dan konteks social, kita bisa mengambil kesimpulan tentang pentingnya silaturrahim dalam kehidupan. Memelihara silaturrahim berarti memelihara tatanan kehidupan. Sebaliknya mengabaikan silaturrahim, sama artinya dengan merusak tatanan kehidupan.
Konsekuensi Atas Silaturrahim
suatu saat ada sorang sahabat mendatangi rosulullah kemudian bertanya tentang amalan yang bisa menjadi pengantar memasuki surga Allah. Jawaban Rosulullah adalah menempatkan silaturrahim dalam satu rangkaian dengan ibadah, tidak menyekutukan Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Dari Ayyub Al-Anshori R.A., ada seorang berkata pada Nabi SAW,”Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga.”Rosulullah SAW berkata,”beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, tegakkan shalat, tunaikanlah zakat dan bersilaturrahimlah,” (H.R. Bukhari).
Membaca jawaban Rosulullah SAW tersebut, maka siapapun seharusnya bisa membaca bahwa siapapun yang tidak membangun silaturrahim atau memutus silaturrahim, pasti berakibat bisa menjadi penghalang memasuki surga Allah. Dan memang seperti itulah penuturan Rosulullah SAW kepada ummatnya. Dari Jubair bin Muth’im R.A., dari rosulullah SAW. Bersabda,”Tidak masuk surga pemutus silaturrahim.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan At-Turmuzi)
Ada masa dimana silaturrahim ternyata sulit untuk diwujudkan. Misalnya disebabkan karena karakter jelek seseorang. Mungkin ada diantara kita yang mengalaminya. Kita berusaha menyambung silaturrahim dengan berbuat yang terbaik kepada seseorang keluarga, tetangga atau teman. Tetapi yang kita peroleh justru kebalikannya yaitu penolakan.
Realitas yang demikian itu, kalau mau dilihat dari sudut pandang kacamata positif (walau disadari sangat sulit), justru merupakan jalan termudah untuk makin mendekatkan diri kepada surga Allah. Perhatikan sabda Rosulullah SAW. Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash-ra, dari Nabi Muhammad SAW yang barsabda :”Bukanlah orang yang menyambung (silaturrahim) itu adalah orang yang membalas (kebaikan orang lain), akan tetapi penyambung itu adalah orang yang jika ada yang memutuskan hubungan ia menyambungnya.”(HR. Ahmad, Al Bukhari, Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’i.)
Ayo Bersilaturrahim
Dari uraian di atas kita memperoleh perpektif yang cukup lengkap tentang arti pentingnya silaturrahim. Silaturrahim antar perorangan dan keluarga dalam ikatan pertalian darah, akan mendatangkan ketenangan dan keberartiandalam pergaulan social masyarakat.
Silaturrahim dalam konteks hubungan social, akan mendatangkan kemudahan dan kesejahteraan bersama dan kualitas hidup setiap individu dan kolektif bisa mencapai level tinggi.
Dalam konteks kehidupan akhirat kelak, menyambung silaturrahim menjadi pengantar untuk memasuki surga Allah. Sebaliknya, memutus silaturrahim diancam terhalangi dalam memasuki surga Allah.
Demi mengetahui keutamaan silaturrahim tersebut diatas, rasanya tidak ada ajakan yang lebih mulia dari kalimat.”Ayo menyambung silaturrahim.” Keluarga yang lama tidak kita sapa dan kunjungi, kita datangi. Teman atau kenalan yang sudah lama tak jumpa, komunikasi, mari kita smbung kembali. Silaturrahim yang hati tulus dengan keluarga dan dengan siapapun, kita akan menikmati manfaatnya selama hidup di muka bumi dan akhirat nanti. Kedatangan atau telepon kita pada saudara atau teman.akan mengembangkan senyum mereka. Maka senyum kita akan terus mengembang karenanya.
Menutup ajakan bersilaturrahim, mari kita baca apa yang Allah sampaikan kepada manusia. Allah berfirman,”Siapa menyambungmu Aku menyambungnya dan barangsiapa memutusmu Aku memutusnya.” (HR. Bukhari).
Wallahu a’lam bisshowab
No comments:
Post a Comment
terima kasih atas komentar anda